Sepak
terjang politik semakin mengkhawatirkan, rakyat mulai muak dengan politik.
PEMILU hanya menjadi ajang tarung kekuatan layaknya adu ayam. PEMILU hanya ajang penghamburan uang tanpa hasil, Siapa
yang banyak pendukung itulah pemenangnya, semua tindakan yang dilakukan dalam perpolitikan seolah
mengarah pada kalkulasi yang akan didapat jelang PEMILU. Dengan apapun caranya,
yang penting dapat meraup suara banyak. Masyarakat pun sudah tak terlalu
memikir banyak terhadap para calon pemimpin mereka, bagi mereka siapapun
pemimpinnya ya,… sama saja. Kalau ada perbedaan paling juga sementara, setelah
itu kembali ke posisi semula, atau justru lebih memprihatinkan. Akhirnya mereka berpikir pendek, mendingan
dapat keuntungan walaupun sementara daripada tidak sama sekali, PEMILU jadi
ajang meraup rizki dari para poliTIKUS yang memanfaat moment yang ada. Bayangkan aja, berapa banyak para pemimpin
yang akhirnya hanya menjadi bulan-bulanan kemarahan warganya sendiri. Bahkan
pemimpin negeri sendiri yang hanya menjadi bahan cercaan warganya yang bosan
dengan tindakan para pejabat di sana. Kemenangan lebih dari 50% pemilih kok
dalam waktu kurang seratus hari berbuah penghinaan terhadap pemenang, tanpa
pembelaan pula, terus kemana pendukungmu yang memilihmu hingga lebih dari 50%.
Korupsi,
tindakan Asusila dan kebijakan-kebijakan yang justru membuat sengsara rakyat
mewarnai pemerintahan yang ada. Bahkan,
dekat ini kasus penggelapan/korupsi pengadaan kitab suci. Sudah ditaruh mana
hati dan pikiran semuanya,sampai kitab suci pun menjadi ladang meraup uang
dengan cara yang menjijikkan.
Maka
jangan salahkan rakyat ketika mereka mendatangi gedung-gedung pemerintahan
untuk menuntut kesejahteraannya ditolong. Jangan salahkan mahasiswa yang penuh
perjuangan turun berpanas-panasan ke jalananan untuk menuntut keadilan. Bahkan
tak jarang gedung-gedung pemerintahan yang menjadi sasaran kemarahan karena
dianggap tak punya fungsinya, tak ada gunanya ada penghuninya.
Memang
mungkin cara itu bukanlah cara yang terbaik, tapi bukankah tindakan seperti ini
terjadi karena sudah kehilangan kesabaran untuk menunggu cara-cara lain yang
terlalu berbelit-belit untuk memberikan perubahan.
Untuk
masyarakat , mahasiswa dan semua elemen penghuni negeri ini mungkin berusaha berbuat lebih santun lagi dalam
menyikapi carut marutnya negeri ini, NAMUN Kalian bukanlah PEMBERONTAK, kalian
adalah para penghuni negeri yang sangat mencintai negeri ini hingga kalian
tidak rela negeri ini berdiam dalam kecarut marutan seperti saat ini. Astaghfirullahal’adzim,
Wallahu ta’ala a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar