Jumat, 25 Mei 2012

Disiplin Belajar Ilmu Agama itu Menyesatkan?


Kehidupan manusia pada zaman ini, semakin jauh dari kehidupan Rosulullah SAW, jauh dari kehidupan para Salafus Sholih dari tabi’in dan tabi’u tabi’in. Sebaik baik zaman adalah zaman ku, kemudian setelah nya, kemudian setelahnya, itulah yang Rosulullah sampaikan pada zamannya. Dari situ dapat dimaknai bahwa, semakin jauh dari kehidupan zaman Rosulullah SAW berarti semakin buruk zaman itu.
Agama Islam berkembang begitu pesat, bahkan sampai di daerah pelosok daerah. Islam terus menyebar ke seluruh penjuru melalui berbagai metode dakwah. Dengan tausyiah, pengajian, tabliq akbar,  bahkan kajian rutin bulanan maupun pekanan. Berbagai metode, strategi, konsep dan materi diberikan demi pemahaman Islam. Namun saat ini, justru terus bermunculan aliran maupun kelompok-kelompok baru yang justru sedikit mewarnai kurang harmonisan dalam Islam. Saling menuduh dan mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar, dan yang lainnya salah, itulah yang terjadi saat ini. Untuk melihat kecenderungan suatu kelompok dalam kebenaran bisa kita melihat melalui manhaj dan landasan dalam kelompok tersebut. Apakah kelompok tersebut mendudukkan Al-Qur’an dan Al-Hadits As-Shohih sebagai pedoman tertinggi, ataukah hasil pemikiran yang menjadi landasan dalam mengamalkan suatu amalan. Sudah semestinya Al-qur’an dan Al-Hadits As-Shohih menjadi landasan beramal, tanpa mendahulukan logika dalam menentukan suatu hukum yang ada.
Berbagai kalangan melakukan suatu pengkajian agama Islam melalui pertemuan rutin, apakah itu metode yang terbaik?. Mungkin itu bisa menjadi alternative dalam memahami Islam secara lebih banyak, namun hal tersebut juga justru bisa menyebabkan timbulnya berbagai kesesatan ketika tidak didasari rujukan kitab sebagai pegangan dalam kegiatan tersebut, karena ketika kita meninggalkan kitab kitab para ulama sholih yang telah diteliti kebenarannya, justru kedisiplinan kita dalam memahami agama tanpanya hanya akan tercampuri dengan berbagai pemikiran dan pandangan pribadi yang secara ilmu belum layak untuk sebuah hujjah.  Oleh karena itu mari mengkaji dari para ahli, melalui kitab kitab yang telah diteliti kebenarannya untuk kebenaran dalam beragama ini.
Wallahu a’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar